Santri, Pilar Peradaban: Refleksi Hari Santri 2025 di Grobogan

WhatsApp Image 2025 10 22 at 08.59.17
Purwodadi— Peringatan Hari Santri Nasional selalu menjadi momen yang istimewa bagi masyarakat Grobogan. Setiap tahunnya, para santri dari berbagai pondok pesantren berkumpul di Alun-Alun Purwodadi untuk mengenang peran besar kaum santri dalam perjuangan dan pembangunan bangsa. Tahun ini, semangat yang sama kembali menyatukan ratusan santri, kiai, ustaz, serta tokoh masyarakat dalam upacara peringatan Hari Santri 2025, Rabu (22/10/2025).

Dalam suasana yang khidmat, Pemerintah Kabupaten Grobogan menyerahkan tali asih dan bantuan sosial kepada santri berprestasi serta sejumlah lembaga pesantren. Langkah ini menjadi wujud perhatian dan dukungan pemerintah daerah terhadap para penjaga nilai dan tradisi Islam yang telah berperan penting dalam membentuk karakter masyarakat.

Sejumlah santri Grobogan juga menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK). Di antaranya, Maulida Huznul Fataya meraih Juara 1 Qiraatil Mutun kategori Nahwu Ula tingkat nasional, Ahmad Juara 2 Ilmu Tafsir tingkat provinsi, Wafiq Nabila di cabang Tauhid Putri, dan Hamas Ilhamzuhry Juara 3 Tauhid Putra tingkat provinsi.

Selain penghargaan tersebut, bantuan turut diberikan kepada 37 imam masjid, 33 santri penghafal Al-Qur’an, 37 marbot masjid, 4 pondok pesantren, serta bantuan pengobatan bagi penderita TBC dari Baznas Kabupaten Grobogan.

WhatsApp Image 2025 10 22 at 08.59.18

Upacara peringatan dipimpin langsung oleh Bupati Grobogan Setyo Hadi selaku pembina, dan dihadiri oleh Wakil Bupati Sugeng Prasetyo, jajaran Forkopimda, Sekretaris Daerah Anang Armunanto, serta perangkat daerah terkait.

Dalam amanatnya, Bupati Setyo Hadi membacakan pesan Menteri Agama RI yang mengajak seluruh peserta untuk menjadikan Hari Santri bukan sekadar seremonial, melainkan momentum untuk meneguhkan semangat kebangsaan dan kepedulian sosial.

Dalam kesempatan itu pula, disampaikan ucapan duka cita atas wafatnya puluhan santri dalam musibah di Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo—pengingat bahwa kasih sayang dan kehadiran negara selalu menjadi bagian dari napas pesantren di seluruh Indonesia.

Makna Hari Santri berakar pada sejarah panjang perjuangan bangsa. Penetapan tanggal 22 Oktober merujuk pada lahirnya Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari tahun 1945, yang membangkitkan semangat rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan. Semangat itu kini diwarisi para santri sebagai kekuatan moral dan spiritual bangsa, yang terus hidup dalam pengabdian mereka di tengah masyarakat.

WhatsApp Image 2025 10 22 at 08.59.15
Sepuluh tahun sejak pertama kali ditetapkan pada 2015, Hari Santri menjadi penanda semakin kuatnya peran pesantren dalam kehidupan nasional. Pesantren tidak lagi hanya menjadi pusat ilmu agama, tetapi juga ruang pembentukan karakter, kepemimpinan, dan kemandirian. Banyak santri kini berkiprah di berbagai bidang—dari pendidikan hingga kewirausahaan—membawa nilai-nilai pesantren ke ruang-ruang baru kehidupan modern.

Tema peringatan tahun ini, “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia,” menggambarkan tekad santri untuk tidak sekadar menjaga kemerdekaan, tetapi turut berperan dalam membangun peradaban. Pemerintah juga memperkuat dukungan terhadap pesantren melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2021 tentang Pendanaan Penyelenggaraan Pesantren, yang mengatur Dana Abadi Pesantren. Kebijakan ini menjadi bukti hadirnya negara dalam memperkuat peran pesantren sebagai bagian penting pembangunan bangsa.

WhatsApp Image 2025 10 22 at 08.59.11
Pesantren pun kini dilibatkan dalam berbagai program nasional, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG). Program-program tersebut menunjukkan keberpihakan negara terhadap peningkatan kualitas hidup santri—membekali mereka dengan gizi, kesehatan, dan pengetahuan untuk tumbuh menjadi generasi unggul di masa depan.

Peringatan Hari Santri di Grobogan bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang menatap masa depan. Di tengah arus digitalisasi dan perubahan zaman, santri diharapkan tetap menjaga tradisi ilmu dan adab sambil merangkul teknologi, sains, dan inovasi. Santri masa kini harus mampu menulis sejarah baru—menjadi pelaku kemajuan, bukan sekadar penonton perubahan.

Melalui momentum ini, pemerintah daerah berupaya menjaga harmoni antara tradisi dan kemajuan. Pesantren tumbuh bukan hanya sebagai ruang pendidikan, tetapi juga sumber nilai dan keteladanan yang menuntun masyarakat pada kehidupan yang beradab. Dari pesantren, kita belajar bahwa kemajuan sejati berawal dari keimanan, ilmu, dan karakter yang kuat. (jsa)

Admin Setda